Sabtu – 9 Februari 2019, Madrasah Sirah Community Indonesia (SCI) kembali mengadakan Studium Generale yang ke-5 terhitung sejak tahun 2015.
Ratusan peserta dari berbagai latar belakang dan usia ini memadati Aula INSISTS, Jakarta Selatan.
Pendiri Madrasah SCI, Ustadz Asep Sobari, membuka materi dengan menjelaskan pentingnya memandang periode Sirah Nabawiyah dan Khilafah Rasyidah dan menghubungkannya dengan akar masalah peradaban saat ini.
Beliau menyayangkan interest umat muslim yang belum banyak memfokuskan hubungan sejarah denganย masalah peradaban saat ini. Sehingga membaca sejarah hanya sekadar data, padahal banyak yang bisa dipikirkan, renungkan dan menginspirasi untuk membangun masa depan.
“Sejarah itu tidak ada yang terputus satu fase dengan lainnya. Karena sejarah itu mata rantai yang saling terkait satu sama lain sehingga membentuk siklus, dan kita yang akan menjadi sejarah bagi masa depan termasuk dalam siklus itu. Semakin kuat kita memahami sejarah, maka akan semakin tajam pandangan kita terhadap persoalan hidup kekinian,” ujar lulusan Universitas Islam Madinah ini.
Apa yg terjadi pada Rasul saw dan sahabatnya bisa ditarik ke banyak hal untuk dijadikan alat/ perangkat untuk memandang persoalan-persoalan di masa kita.
Karena Sirah Nabawiyah dan Khilafah Rasyidah bukan sekadar kisah, namun ada kerangka yang bisa dipraktekkan dalam membangun peradaban Islam.
Pengurus MIUMI ini melanjutkan penjelasannya, “apa yg dimiliki Rasul saw sebagai modal peradaban? Ketika membangun peradaban Islam, Rasul saw tidak memiliki kekuatan politik, ekonomi, dll. Karena modal lahirnya peradaban ada pada masyarakatnya, artinya setiap masyarakat punya harapan untuk membangkitkan peradabannya.”
Mengutip teori Malek Bennabi, pengajar Madrasah Sirah ini mengutarakan, ada tiga unsur elementer yg menjadi modal kelahiran suatu peradaban, yakni manusia, materi dan waktu.
Namun tiga unsur ini harus bersenyawa dengan akhlaq sebagai manifestasi risalah. Bila tidak, maka ketiganya hanya onggokan material yg tidak akan melahirkan peradaban.
Dulu Rasul saw membangun peradaban tidak ada masalah tanpa anggaran negara. Karena ketiga elemen modal peradaban itu sudah menyatu. Saat menjelang perang Tabuk Rasul saw hanya perlu mengumumkan infaq di depan para sahabat.
Para sahabat pun merespon luar biasa, karena manifestasi risalah telah terbentuk dan akhlak pengusaha telah terbangun.
Usman bin Affan termasuk pengusaha yang merespon positif, ia sumbangkan hartanya di jalan Allah dari 300 unta dan terus bertambah. Inilah hasil dari gerakan Rasul saw membangun peradaban.
Sehingga hal yang sangat ditekankan oleh peneliti INSISTS ini, bahwa ketika ketiga elementer, yakni manusia, materi, waktu, disertai akhlak ini berpadu dalam proses membangun peradaban, maka akan melahirkan karya luar biasa. [Zaili Fitria]